Jumat, 22 Mei 2009

STRATEGI PEMBELAJARAN AMPUH DARI AL QUR’AN

STRATEGI PEMBELAJARAN AMPUH DARI AL QUR’AN
( M. Abbas Fauzan, S.Pi )

Dalam melaksanakan pembelajaran seorang guru harus menguasai strateginya sehingga mampu memberikan support – efek motivasi / semangat belajar - bagi peserta didik. Masih banyak guru yang belum menguasai substansi pembelajaran, atau guru belum menemukan strategi yang tepat agar substansi pelajaran dapat terserap oleh siswa. Atau mungkin masih ada guru yang tidak tahu teknik pembelajaran yang pas dalam bab tertentu.
Bersama tulisan ini Saya akan mencoba menyajikan strategi pembelajaran yang ampuh agar guru mampu menguasai strategi, method, teknik atau bahkan model pembelajaran yang pas yang akan diterapkan. Al qur’an telah memberikan gambaran dan strategi pembelajaran / pendidikan yang ampuh yang pernah mengantarkan umat Islam menuju kejayaannya di berbagai belahan dunia.
Mengutip bahasa Al Qur’an ; yang artinya : “ Maka atas berkat rahmat Allah swt, engkau ( Muhammad ), berlaku lemah lembut, terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah Engkau dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila Engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah swt, sungguh Allah mencintai orang yang bertawakkal.” ( QS. 3 : 159 )

Saudaraku sekalian… mari kita lihat konteks pesan Ilahiyah itu dengan bantuan dari Tafsir Al Qur’an yang dikeluarkan oleh DEPAG RI.
Berkaitan erat dengan resep mengajar yang baik kita mendapatkan tuntunan yang luar biasa sebagai berikut :
a. Keberhasilan sebesar apapun yang kita raih bukanlah atas kerja pribadi atau semata-mata atas usaha kita, melainkan atas berkat rahmat Allah swt , hal ini mengandung makna bahwa mustahil sesuatu terjadi ( pembelajaran kita berhasil ) tanpa kehendak Allah swt.
Kata Kunci : Kita harus yakin terhadap “ kekuasaan Allah swt atas segala sesuatu” sehingga kita tidak terlalu memikirkan hasil pembelajaran kita tetapi lebih terfokus pada PROSES Pengajaran yang prima. Mengapa kok begitu ? ya …. karena Allah swt akan melihat USAHA / KERJA KITA dalam memperjuangkan sesuatu bukan dari pada hasil usaha / kerja kita. Proses pembelajaran meliputi antara lain:
· Persiapan materi pembelajaran
· Penyiapan RPP
· Penyiapan alat peraga pendidikan
· Penyiapan Sarana presentasi prima
· Penyiapan Penilaian
· Penyiapan performa / penampilan
· DLL ……….. wah … masih banyak lagi
b. Jika administrasi pembelajaran sudah kita siapkan sedemikian rupa, tinggallah kita “praktik “ di kelas. Setiap materi harus disajikan secara runtut dan berkesinambungan. Tentu saja harus merangsang otak untuk senantiasa “ mencari, mencari, mencari dan akhirnya menemukan “.Penyajian materi yang baik adalah penyajian yang dapat mengundang siswa PENASARAN untuk segera mengetahuinya. Dengan kata lain kita hanya memberikan rangsang saja, kemudian kita siapkan sarananya dan akhirnya setelah melalui serangkaian proses mereka / siswa-siswa bilang “ OOOO ini tha.. yang dimaksud dengan bakteri ( misal saja ) …!. Demikianlah prinsip dari pendidikan integral yang seharusnya kita laksanakan.
Kata Kunci : setiap penyajian yang lemah lembut akan memunculkan efek saling mencintai dan menyayangi antara guru dan siswa yang dapat menumbuhkan efek saling membutuhkan, atau paling tidak akan memupuk rasa kedekatan antara kedua belah pihak. Akhirnya ketakjuban ( proses dan hasil ) belajar akan muncul dari komunitas seperti ini. Dengan kata lain prilaku lemah lembut dapat menumbuhkan sikap PERCAYA DIRI. Mereka akan bilang : “Ternyata aku bisaaaaaaa!!!!” …………… atau “ Ternyata tidak sulit ya !... atau…” Hebat… tak terduga !!! “ dan masih banyak lagi ungkapan yang pernah Saya dengarkan dari para siswa.
Syaratnya, LEMAH LEMBUT bermakna serangkaian proses yang mengandung hal-hal berikut :
· Terdapat peraturan yang dirumuskan dan disepakati bersama
· Sikap tanggung jawab dan konsekuen
· Saling menghargai dan menghormati
· Pembelajaran yang komunikatif
· Berkarakter Penyelesaian Masalah bukan “Pemecahan” Masalah ( satu jadi banyak masalah )
· Mengedepankan etika
c. Saya percaya tidak semua siswa akan menjadi anak yang SUKSES dalam belajarnya, namun demikian janganlah karakter-karakter Bengal siswa kita menjadikan tujuan penaejaran membelok, dari aslnya ikhlas member menjadi “bertendensi”. Oleh karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun bagi mereka. Disinilah arti yang sebenarnya seorang guru. Kita nasihati mereka dengan penuh kasih sayang… disentuh dengan ungkapan-ungkapan yang jauh lebih bijaksana dari pada hanya sekedar marah kepada mereka, walaupun marah juga tidak dilarang.. tentu saja dalam keadaan tertentu hal tersebut, mungkin masih dapat diperbolehkan. Tetapi hati-hati… itu bukan karakter pendidik lho ya.. jangan sampai melekat kepada “ baju “ kita.
Kata Kunci : Memaafkan dan mendoakan atau memohonkan ampun.
Apa susahnya sih mendoakan anak didik kita agar sukses dalam belajarnya ???... Saya yakin do’a kita akan sangat membantu mereka dalam menemjukan jati diri dalam belajarnya.. dan Allah telah berjanji akan mengabulkan do’a orang yang meminta dengan tulus ikhlas dalam keadaan yang “ bersih “.
d. Sebenarnya seorang guru tidak boleh otoriter lho ya..! termasuk dalam membuat peraturanpun seorang guru tidak boleh ambil menangnya sendiri. Peraturan kelas, proses belajar, kontrak belajar, penetapan hukuman dan lain sebagainya, seharusnya diputuskan bersama siswa. Mungkin keputusan akhirnya akan sedikit memberatkan kita, tetapi perlu kita ingat bahwa RESIKO harus berada pada pihak guru… !!!. jangan pernah membebankan resiko pembelajaran pada siswa kita.
Kata Kunci : bermusyawarahlah Engkau dengan mereka. Jangan sekali-kali kita sebagai - guru - egois, ingin menang sendiri dan resiko di pihak siswa.
e. Akhirnya segala yang telah kita lakukan dengan berbagai upaya yang maksimal maka gilirannya kita serahkan kepada Allah swt, kita kawal upaya pagi hari ini dalam mendorong siswa untuk sukses dengan do’a – do’a dalam ibadah kita. Segala hasilnya terserah pada yang kuasa, kita hanya sekedar menjalankan tugas dalam hidup kita dengan segala kesungguhan tanpa kecuali, baik dalam keadaan yang lapang mapun sempit. Demikian seharusnya sikap dan karakter seorang guru. Bravo Guru….!
Kata Kunci : bertawakkallah kepada Allah swt, tekad dan kesungguhan upaya kita menjadi kunci sukses keberhasilan kita dan taruhan masa depan bagi siswa kita.
Aspek pembangunan akademis dibangun dengan kokoh demikian pula aspek akhlaq atau perilaku juga disentuh dengan demikian bagusnya. Bertawakkal dalam arti pembangunan kejiwaan manusia untuk senantiasa mengakui bahwa segala sesuatu ada yang mengatur yaitu Allah swt. Atau dalam bahasa terkenalnya pembangunan dari aspek keimanan.
Demikian Al-Qur’an telah memberikan cara-cara pembelajaran yang luar biasa dengan memperhatikan seluruh aspek pembangunan dan menumbuhan-kembangkan kecerdasan manusia tanpa meninggalkan satu aspekpun. Tinggal kita bagaimana menerapkan konsep tersebut.

Hari Kebangkitan Guru seluruh Indonesia

Hari ini tepat tanggal 20 Mei 2009, yang diperingati sebagai momen Hari Kebangkitan Nasional. Kalau kita lihat dari istilahnya, KEBANGKITAN mempunyai makna bangun atau berdiri untuk tegak kembali setelah sebelumnya dalam keadaan yang sebaliknya ( lemah, terduduk atau keterpurukan ). Demikian pula hendaknya terjadi dalam dunia pendidikan kita. Kita masih banyak menyaksikan keterpurukan, kelemahan dunia pendidikan di berbagai komponen. Sebagai guru yang baik seharusnya tanggal 20 mei ini seharusnya bukan hanya sekedar hari libur nasional, hari untuk bersantai, piknik dengan keluarga dan kesibukan-kesibukan lainnya. Namun jauh dari sekedar hari libur momen Kebangkitan harus kita resapi maksud dan tujuannya. Marilah kita renungkan hal-hal yang berkaitan dengan dunia guru dan pendidikan sebagai berikut :
1. Berkaitan dengan UAS BN, Ujian Nasional atau apapun itu istilahnya, banyak kepala sekolah yang tertangkap basah “ meminjam” naskah soal ujian yang sifatnya RAHASIA untuk “ kebaikan “ para siswanya.
2. Banyak guru yang nyambi menjadi guru prifat / les yang berusaha meningkatkan daya saing pasarannya dengan membocorkan soal semesteran kepada pelanggannya, dalam hal ini siswa binaannya.
3. Banyaknya kepala sekolah dan oknum guru yang teledor sehingga terjebak dalam perilaku yang melanggar etika / norma kesusilaan ( maaf : berselingkuh dengan sesama guru )
4. Banyaknya geng siswa di sekolah-sekolah, parahnya geng-geng itu berpotensi menjadi perkumpulan para pendekar yang tidak semestinya menjadi pendekar, sehingga memicu terjadinya perkelahian pelajar. Bagaimana peran guru dalam membina moral siswa???
5. Banyaknya sekolah yang masih lemah dalam control susilanya sehingga banyak beredar video “saru” di kalangan siswa di berbagai jenjang pendidikan.
6. Ada kepala sekolah yang menyelewengkan dana BOS
7. Ada pejabat Dinas Pendidikan yang menjadi tersangka dalam kasus tindakan korupsi pada suatu kabupaten
8. Dan masih banyak lagi keterpurukan moral dari dunia guru dan dunia pendidikan kita.
Yaaa sudahlah… kita lupakan saja semua kejadian dan kenyataan diatas, bukan saatnya kita hanya sekedar prihatin dan menyesalinya namun jauh kebih dalam daripada itu semua, kita mempunyai kewajiban untuk membangun kembali tatanan dan norma-norma yang telah rusak atau hampir runtuh, yang seharusnya diindahkan dan dikuasai oleh sosok guru dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Profesionalisme tidak harus kita tuntut dengan berbagai penghargaan, sehingga momen sertivikasi misalnya bukan menjadi tujuan utama kita dalam menjalankan kewajiban atau aktifitas mengajar kita. Sehingga kita tetap semangat walaupun tanpa sertivikasi sekalipun.
b. Marilah kita terjemahkan penghargaan dengan peningkatan gaji sebagai motivator kita untuk senantiasa meningkatkan kemampuan dan semangat kita dalam menjalankan tuga mengajar dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
c. Kita harus ingat bahwa pilihan menjadi guru bukanlah secara kebetulan saja, tetapi itulah jalan hidup kita, dan apakah kita akan membangun jalan kita sendiri dengan sekedarnya padahal itu adalah jalan hidup kita ???, tentu saja tidak demikian.
d. Jangan pernah kita menuntut untuk peningkatan kesejahteraan terus sebelum kita mampu menunjukkan profesioalisme kita dalam menjalankan tugas keguruan kita, sebelum mampu menghasilkan output siswa yang berkompeten sebagaimana telah diamanatkan dalam standar kelulusan yang telah ditetapkan pemerintah dan kita rumuskan sendiri.
e. Kita harus berupaya untuk meningkatkan pelayanan terhadap siswa kita dengan menjalankan PAKEM dalam setiap pembelajaran kita.
f. Kita harus menjadi guru yang hebat. Tidak ada pilihan kecuali hebat dalam hal kompetensi kita sesuai tugas yang dibebankan pada pundak kita.
g. Marilah kita lakukan pekerjaan kita dengan prinsip Kerja Keras, Kerja Ikhlas dan Kerja Tuntas.

Sekali lagi …. Momen kebangkitan ini marilah kita gunakan untuk benar-benar bangkit dari berbagai kelemahan dan keterpurukan dunia kita baik dari segi profesionalitas dan moralitas kita dengan segala daya dan upaya perbaikan diberbagai lini demi kemajuan dunia pendidikan kita. Sukses untuk guru dan pendidikan di negeri ini..

Kamis, 14 Mei 2009

Konsep dan Resep Hebat dari KTSP

Melalui blog ini saya ingin berbagi dengan sesama guru dalam hal konsep pembelajaran yang prima cukup dengan memahami konsep dan resep yang ditawarkan dalam kurikulum KTSP. Sebagai seorang guru pastilah kita memahami bahwa kunci keberhasilan dan kesuksesan pembelajaran yang kita laksanakan tergantung pada proses yang diterapkan dan method yang di pakai. Berbagai macam model pembelajaran dan seabreg teori pembelajaran mungkin kita kenal. Namun demikian kualitas pembelajaran hampir di seluruh sekolah yang ada disekitar kita ya… begitu-begitu saja.
Sejak dari dulu kalau saya perhatikan - sampai sekarang ini masih ada yang demikian – metode belajar yang paling disukai guru adalah ceramah habis, siswanya memperhatikan dan kalau perlu siswa menulis sampai ngantuk-ngantuk mungkin saking asyiknya atau saking bosannya di dalam kelas. Nah sejak diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) dan KBK yang pernah diterapkan sebelumnya, sedikit banyak telah mempengaruhi pola dan kualitas mengajar para guru. Entah berapa prosentase perubahannya, bagi Saya kurang penting.
Yang penting adalah Guru sudah mau mengubah pola dan model pembelajarannya. Akan tetapi karena terbatasnya pengetahuan dan mungkin juga karena minimnya sarana dan prasarana serta fasilitasi yang mampu disediakan oleh sekolah ( baca: Pemerintah ; bagi yang sekolah negeri atau Yayasan dan Komite Sekolah bagi sekolah swasta), program bagus yang melekat pada KTSP dan KBK inipun juga kurang efektif. Bahkan pada beberapa sekolah atau mungkin bahkan pada daerah tertentu belum berdampak apapun terhadap proses pembelajaran. Singkatnya Saya akan menampilkan contoh mudah. Sebagai berikut :
1. Banyak sekolah yang belum melaksanakan bedah kurikulum untuk dapat menentukan indicator pembelajaran, padahal ini syarat mutlak supaya KTSP dapat berjalan pada sebuah satuan pendidikan ( Sekolah ). Apabila hal ini belum berjalan maka diperlukan pendampingan melekat dari UPT Dinas Pendidikan baik Kabupaten / Kota maupun Kecamatan untuk mengawal suksesnya proses ini. Contoh pendampingan yang Saya dapat sebutkan adalah : Di beberapa kecamatan di Kota Pati mengkoordinir penyusunan Silabus bersama untuk sekolah-sekolah di bawah binaan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan dengan cara menunjuk perwakilan dari sekolah untuk mengirimkan utusan guru yang berkompeten untuk menyusun silabus secara bersama-sama . Dengan demikian diharapkan dapat mempercepat proses pemahaman konsep tentang KTSP pada setiap sekolah. Ini dapat berhasil dengan baik apabila setelah itu ditindak lanjuti oleh sekolah segera mengadakan bedah kurikulum dalam rangka menentukan indicator pembelajaran untuk sekolah masing-masing. TETAPI kenyataannya sekolah duduk manis menunggu silabus dan Analisis Indikator dari hasil kerja bersama tersebut.
2. Masih banyak guru yang enggan membuat RPP sebelum mengajar, bahkan ada oknum guru yang sama sekali tidak pernah membuat RPP selama dalam mengajarnya. Saya berkeyakinan RPP adalah awal dari kesuksesan sebuah pembelajaran. Bagaimana pembelajaran dapat berhasil tanpa didahului dengan perencanaan yang matang. Dalam kasus seperti ini peran Kepala Sekolah kapasitasnya sebagai penyelia sangat menentukan terselesaikannya masalah ini apa tidak.
3. Masih banyak guru yang lesulitan menangkap filosofi pembelajaran yang tersirat dalam KTSP sehingga proses pembelajaran yang diterapkan masih sangat monoton alias sangat tidak inovatif.
Demikian beberapa kelemahan dan contoh yang sering Saya saksikan disekitar pelaksanaan pembelajaran di sekolah sekolah kita. Oleh karena itu dibawah ini Saya mencoba berbagi pengalaman kepada para pembaca yang budiman sehingga sebagai guru kita dapat menangkap nilai-nilai filosofi dan konsep serta resep pembelajaran yang termuat dalam kemasan KTSP yang sudah kurang lebih dua tau tiga tahun kita laksanakan secara nasional. Setelah membaca kebijakan KTSP yang tertuang dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Saya dapat menangkap hal-hal sebagai berikut :
a. Sekolah diberikan kebebasan dalam menentukan peta / arah kebijakan kurikulum local ( dalam hal ini adalah indicator pembelajaran ) yang akan diterapkan di sekolah dengan spesifikasinya atau kekhasan masing-masing, dan Depdiknas hanya memberikan rambu-rambu standar global sampai pada Kompetensi Dasar saja.
b. Dengan dipersilakannya sekolah untuk menentukan dan merumuskan Indikator Pembelajarannya secara mandiri, mengandung makna perluasan akses peran pengambilan keputusan kepada setiap guru – paling tidak untuk satuan pendidikan atau sekolah – untuk dapat mewujudkan kualitas pendidikan bangsa kita berbasis pada keunggulan local.
c. Dengan menyusun Analisis Indikator Pembelajaran secara mandiri kita diberikan kebebasan dalam mengapresiasi kurikulum nasional sehingga dapat menerapkan kebijakan kurikulum secara strategis sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat kita.
d. Dengan RPP setiap guru dipersilakan untuk selalu meng-up date- kemampuannya dalam merencanakan suatu kegiatan pembelajaran. Inilah tindakan atau langkah awal dalam prinsip menajemen untuk mengawali sebuah kesuksesan. Jika setiap guru memenuhi tuntutan ini maka keberhasilan dan kesuksesan pembelajaran paling tidak 50% sudah berada dalam genggaman.
e. Dengan menyusun RPP guru diberikan kebebasan untuk menentukan kreasi model pembelajaran yang akan diterapkan dengan pendekatan latar budaya peserta didiknya, sehingga materi pembelajaran dapat lebih banyak diserap dan memperlancar proses penguasaan materi oleh anak tanpa mengesankan keterpaksaan.
f. Dengan menganalisis dan mengembangkan silabus pembelajaran mendorong peningkatan kapasitas kemampuan wawasan kependidikan kita sehingga mampu menguasai konsep pembelajaran berdasarkan kurikulum sendiri dengan legalitas hukum yang kuat dari negara.
g. Percepatan kemandirian dalam pengembangan metodologi pembelajaran yang sesuai dengan karakter peserta didik dan daerah. Dalam hal ini kita dituntut untuk kreatif dalam mengemas pembelajaran yang dinamis dan mengesankan sesuai dengan tingkat kebutuhan peserta didik kita.
h. Mendorong tercapainya kualitas SDM para guru yang handal, melalui pelibatan langsung dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasinya sendiri.
Jika hal – hal yang Saya sebutkan tersebut dapat kita tangkap sejak dini dan secara utuh maka hasilnya pasti luar biasa. Hanya yang menjadi kendala adalah justru hal-hal yang baik ini seringnya ditangkap sebagai beban berat guru dalam menjalankan tugasnya. Nah… jika ada anggapan sebagaimana Saya sebutkan itu … siapa yang bertanggung jawab ? Ini salah siapa ? …… Jawabnya ada dalam hati nurani kita masing-masing.
Bagaimana Saudaraku… apakah anda setuju atau punya ide lain ? buat saya tidak penting … silakan mengapresiasi sekemampuan Anda, yang penting kita harus mengubah pembelajaran kita menjadi lebih baik lagi. Terima kasih atas kebersamaannya. Salam sukses dari Saya M. Abbas Fauzan. Berikan komentar, kritik saran Anda melalui blog ini atau kirim lewat e-mail kami mafarham@yahoo.co.id atau sditumar@gmail.com setiap saat. Saran dan masukan Anda pasti Saya pertimbangkan maslahat dan madharatnya.

Rabu, 13 Mei 2009

Anda Kepala Sekolah... ?

Bapak dan Ibu Kepala sekolah yang terhormat ...
Dalam tulisan ini Saya akan bertutur kepada anda tentang seluk beluk , menyangkut tentang ke-kepala sekolah-an.
Anda perlu tahu bahwa menjadi Kepala Sekolah bukanlah suatu hadiah dari atasan kita, atau kita ditunjuk oleh masyarakat disekitar kita atau alasan-alasan lain, atau Anda mempunyai alternatif alasan yang Saya sebutkan sebagai berikut :
1. Anda menjadi Kepala Sekolah karena lolos seleksi calon Kepala Sekolah ;
2. Anda mempunyai colega dekat sehingga membuka peluang lebar bagi Anda untuk memperoleh jabatan ini ;
3. Anda mempunyai uang ---maaf--- sehingga mampu membeli jabatan ini ;
4. Anda menjadi Kepala Sekolah karena prestasi Anda sehingga mengehantarkan Anda dalam jabatan ini.
5. …. Anda masih mempunyai banyak alas an disini.
Buat Saya semua itu tidak penting, yang penting bagi saya adalah kita harus memahami bahwa menjadi Kepala Sekolah bukanlah kemauan kita, tetapi ini adalah amanah atau beban yang harus kita pikul dengan berbagai konsekuensinya. Saya yakin Anda adalah sosok-sosk yang sangat berkompeten dalam tugas Anda saat ini—tentunya sebagai kepala sekolah—bukan pada pekerjaan atau profesi yang lain….
Untuk itu maka Saya akan berbagi tips kepada Anda sekalian dalam kapasitasnya sebagai kepala sekolah hal-hal sebagai berikut :
1. Ambillah amanah tersebut sebagai “sampiran” tugas dari tugas utama kita sebagai manusia yaitu “ sebagai khalifah dibumi dalam arti menciptakan keteraturan dan kebaikan dalam segala hal didunia ini “
2. Jangan sekali-kali Anda sebagai kepala sekolah mengatakan “ Saya menjadi kepala sekolah karena kepandaian Saya “… Jika ada yang sudah terlanjur mengatakan demikian maka bertaubatlah Anda.. karena Anda telah menyalahi Standar Operasional Prosedur ( SOP ) sebagai makhluk Allah SWT.
3. Mari kita memperkokoh paradigma kehidupan kita terhadap sampiran tugas atau pekerjaan ini dengan paling tidak meyakinkan pada diri kita bahwa “ Kita akan bermanfaat jika kita telah dapat memberikan kemanfaatan kita kepada lembaga kita ( dalam Hal ini Sekolah Kita )
4. Ingatlah Saudara… bahwa Allah SWT tidak akan pernah melihat dan menilai semata-mata hasil yang telah kita capai selama ini melainkan Allah SWT akan menilai dan mengapresiasi “ perjuangan kita untuk menuju kepada tujuan / keberhasilan kita “
5. Kita harus meyakini bahwa sampiran tugas ini adalah berat oleh karena itu kita harus senantiasa meningkatkan keilmuan kita untuk memperbanyak amal kita bagi sesame guru dan masyarakat.
6. Abaikan berapapun peningkatan penghasilan kita dari seluruh upaya untuk memajukan sekolah kita jika kita ingin sukses menjadi Kepala Sekolah yang benar.
7. Ingatlah Saudaraku… setelah dari sini ( dunia ini ) kita akan diminta untuk mengembalikan amanah ini kepada YANG punya yaitu Allah SWT.
8. Berikut saya akan memberikan ilustrasi kehidupan manusia di dunia, kalau berkenan simaklah saudaraku :
“ Segala apa yang telah diberikan Allah SWT kepada kita secara “ Cuma-Cuma ” ini merupakan anugerah yang hanya diberikan atas berkat rahmat-Nya. Kita mengakui atau tidak terlalu banyak kebaikan-Nya kepada kita sehingga memberikan banyak kemudahan kepada kita dalam menjalankan amanah kita sehari-hari. Secara material Dia memberikan kecukupan melalui kesuksesan yang Ia berikan kepada kita dengan menganugerahkan kemampuan kepada kita untuk mengelola potensi dan seluruh anggota badan yang melekat pada badan kita dengan segala kelebihan dan kesempurnaannya.
Allah memberikan bakat kepada masing-masing kita dengan berbagai macam dinamika dan perbedaannya yang memungkinkan kita untuk saling berinteraksi dengan potensi dan bakat lain sesama manusia untuk saling mengisi kekurangan yang ada pada setiap individu.
Nah… saudaraku kepala sekolah…. Kita mempunyai potensi untuk menjadi kepala sekolah harus kita manfaatkan untuk mewujudkan kekhalifahan atau keteraturan dan keseimbangan di bumi ini. Itulah fitrah kita sebagai kepala sekolah ( manusia ).
Potensi dan bakat kita itu ibarat material bangunan yang disediakan oleh Allah SWT bagi kita untuk mengumpulkannya dan membangunkannya bagi kita sendiri sebuah bangunan yang akan kita tempati di kehidupan setelah sekarang ini ( live after death ). Pertanyaannya sekarang adalah “ Maukah kita membangun dan menempati bangunan reot yang dibangun dengan bahan yang tidak bagus dan dengan kemampuan yang seadanya tanpa ada upaya untuk lebih giat lagi sehingga memunculkan bangunan yang bagus, hebat dan membanggakan bagi siapa saja yang melihatnya ?..
Cukuplah perasaan dan sikap kita yang ada di dunia sekarang ini dan yang kita rasakan sebagai manusia menjadi pelajaran yang baik buat kita.
Kenyataan, kita akan malu jika rumah kita jelek dan kumuh;
Kenyataan, kita akan merasa sangat tidak nyaman jika rumah kita kotor tidak teratur;
Kenyataan, kita akan merasa rendah sekali jika tempat tinggal kita tertinggal dari sekita kita;
Dan masih banyak kenyataan-kenyataan yang lain….
Oleh Karen itu saudaraku….
Jabatan kita marilah kita gunakan sebagai sarana startegis untuk…
1. Mengumpulkan bahan-bahan bangunan yang istimewa buat membangun rumah akhirat kita;
2. Membangun rumah masa depan kita dengan penuh kesiapan dan kekuatan;
3. Memolesnya dengan hiasan hiasan ( amal ) sehingga membuat kenyamanan di dalamnya.
Demikian tulisan Saya ini, mohon maaf jika menyakitkan dan mohon kritik dan sarannya melalui blog ini atau kirimkan e-mail anda ke box surat Saya mafarham@yahoo.co.id atau sditumar@gmail.com
Terima kasih atas tanggapannya. Salam sukses dari Saya ( M. Abbas Fauzan.)

Pembelajaran yang memuaskan Otak....


Pendidikan anak merupakan masalah besar yang sebagian besar masyarakat kita menganggapnya sebagai suatu kegiatan atau masalah yang biasa-biasa saja, bahkan tidak sedikit masyarakat sekitar kita yang menganggapnya sebagai sesuatu yang kurang penting. Paradigma masyarakat inilah yang menjadikan penghambatan proses pembelajaran dan menyebabkan tersendatnya program wajib belajar sembilan tahun. Disisi lain ada suatu anggapan bahwa pendidikan bukanlah merupakan bagian dari tanggungjwab orang tua. Sebagian lagi beranggapan bahwa pendidikan anak - apalagi pendidikan anak usia dini - merupakan hal yang sangat tidak penting. Betulkah.....?Begitulah sebagian anggapan yang sedang diupayakan oleh pemerintah untuk "diperangi".
Sebagian stakholder dalam dunia pendidikan Kami merasa sangat prihatin dengan berbagai anggapan masyarakat kiota terhadap pendidikan saat ini. Demi tercapainya cita-cita bangsa untuk memajukan pendidikan di negara ini Kami mencoba untuk membuat model belajar yang mudah tetapi dapat memberikan efek yang luar biasa pada perkembangan pendidikan anak, mudahnya kami mempunyai produk pembelajaran yang efeknya dapat memberikan kepuasan otak bagi para peserta didiknya, sehingga masyarakat khususnya yang masih mempunyai anggapan bahwa "pendidikan anak kurang perlu" berubah seratus persen menjadi "pendidikan itu sangat perlu".Disini Kami bersama lembaga kami Umar Training Centre ( UTC ) Juwana menyediakan layanan Pelatihan Pembelajaran yang dapat memuaskan Otak bagi setiap peserta didiknya.
Produk layanan ini kami beri nama Quantum Models sudah terbukti memberikan efek positip terhadap pola pembelajaran guru dan efek peningkatan kecerdasan bagi peserta didik. tidak lupa juga methode ini juga memberikan peningkatan kualitas hubungan orang tua dengan pihak sekolah. Bersama Quantum Models anda dapat memilih produk-produk pelatihan Kami antara lain Quantum Teaching (QT), Quantum Learning (QL), Motivation Recharge ( MR ), Training Hearth Quotient (HQ), Pelatihan Thematic Models ( TM ), Resep PEmbelajar Hebat ( RPH ) dan masih banyak PElatihan yang lain dan pastinya sangat menarik. Jika anda membutuhkan sesuatu yang anda butuhkan salah satu diantara tersebut bisa menghubungi kami di sditumar@gmail.com setiap saat. Dan semoga kita dapat menampilkan pembelajaran yang dapat memuaskan otak bagi peserta didik kita.

Piyee Iki Pak dan Bu Guru....

Piyee Iki…………… Pak Guru dan Ibu Guru ??
Akhir-akhir ini Saya melihat banyak guru yang “terlalu banyak” melakukan kegiatan melelahkan dan sangat banyak menyita waktunya untuk memenuhi target-target “ ambisius “ baik pribadi maupun institusinya masing-masing, dan bahkan ada yang sampai mungkin “ hanya “ sekedar menyiapkan selembar Rencana Persiapan Pembelajaran ( RP / RPP ) untuk mengajar peserta didiknya esok hari saja terasa sangat sulit mencari waktunya.
Maklumlah bulan-bulan seperti ini merupakan puncak berbagai kegiatan di dunia sekolah kita, dan bahkan lomba-lomba guru maupun siswanya baik mulai dari tingkat Kecamatan, Kabupaten maupun persiapan untuk melaju ke Final di tingkat Propinsi. Begitulah kegiatan tahunan kami setiap tahun. Inilah salah satu “ keunggulan “ yang dimiliki oleh guru-guru kita, yaitu loyalitas yang sangat besar terhadap peringatan HARDIKNAS. Bisa jadi loyalitas yang satu ini mungkin jauh lebih besar dibandingkan dengan loyalitas mereka terhadap hari-hari nasional atau peringatan-peringatan yang lain, kecuali yang satu ini nich …….HARI LIBUR,… He…he…he, Saya bukan menyindir lho ya Pak dan Bu Guru !!! tetapi itulah kenyataan yang ada.. Benar pa Nggak ????...
Kalau Saya rasakan lebih mendalam lagi mungkin berbagai kegiatan ini merupakan pendukung dari proses pembelajaran yang kita lakukan di sekolah, misalnya sangat diperlukannya dokumen portofolio yang sangat terkenal saat ini. Bahkan mungkin juga hal ini – melalui berbagai macam lomba - justru untuk menunjukkan seberapa besar kompetensi dan jiwa positif sebagai guru yang benar-benar telah dikuasai, dan tentunya sedang atau akan diuji oleh para “ Juri “ yang juga berasal dari teman-teman guru sendiri.
Nah, begitu masuk pada masalah lomba guru ini, katakanlah Lomba Guru Teladan atau Guru Berprestasi, maka sudah sepantasnya kalau setiap kita – sebagai guru – pastilah tidak akan terlalu lama atau terlalu pusing untuk mempersiapkan diri menghadapi lomba tersebut. Ya … memang karena setiap hari kita melakasanakan aturan dan disiplin sebagai guru yang memang seharusnya dan sewajarnya menjadi contoh teladan bagi para peserta didiknya. Dan bahkan mungkin menjadi contoh nyata bagi para peserta didiknya untuk SEKEDAR menjadi contoh pribadi yang berprestasi. Contoh mudahnya mengapa harus sulit-sulit cari dan mengumpulkan dokumen-dokumen pembelajaran, sedangkan kita setiap hari membuat dan memgangnya….jika adaminsitrasi pembelajaran kita baik, administrasi dokumen portofolio juga rapi, administrasi sekolah beres… maka semua menjadi mudah dan tidak akan mengada-ada… ya tho pak dan bu guru ??
Tetapi kenyataannya setiap akan diadakan lomba guru teladan atau guru berprestasi , itupun setahun sekali.., guru / peserta yang ditunjuk untuk mewakili sebuah sekolah harus melakukan berbagai macam persiapan yang sangat mendadak dan terkesan sangat dipaksakan untuk memperoleh bekal “ DADAKAN “ penilaian portopolio. Lari kesana kemari untuk sekedar memperoleh lembar pengesahan sebagai Pembina lomba siswanya pada waktu yang telah lampau. Lebih tragisnya lagi beberapa guru dan kepala sekolah bahkan seorang kepala UPT Dinas Pendidikan Cabang ( Kecamatan ) memberikan legalisasi pernyataan manipulative bagi seorang guru yang akan mewakili institusinya, atau kecamatan tertentu sehingga memperoleh poin tinggi yang harapan akhirnya “ menjadi PEMENANG “ Lomba Guru Berprestasi di Kabupaten. Manipulasi yang pernah saya tahu adalah masa kerja, menjadi Pembina lomba bagi siswa.
Wah….wah….wah. demi melihat kejadian seperti ini Saya berkata pada diri sendiri…” Hebat benar mental GURU di negeri ini” … terserah kesan Anda !!!!. coba bayangkan saudara !!! demi memperoleh JUARA Lomba Guru Berprestasi Tingkat Kecamatan atau Kabupaten saja sudah melakukan praktik-praktik manipulasi data… terus bagaimana nasib peserta didiknya.
Tidak sampai disini saja saudara…. Bahkan salah seorang guru bilang sama saya… demikian “ wah aneh Pak ! benar-benar aneh. Lha wong lomba untuk berkompetisi kok ngerjain soal tesnya pada tirunan ( saling memberikan jawabannya )…. Piye iki ? “. Dan menariknya lagi soal tes guru berprestasi pada sebuah kecamatan selalu sama dari tahun – ke tahun. Ketika dikonfirmasi ke pembuat soalnya, dalam hal ini pengawas di UPT Kecamatan, beliau mengatakan “ Kalau Saya harus mengubah soal tiap tahun kan sulit “ . Wah Saudara… lha terus gajian mereka setiap bulan selama bertahun-tahun itu untuk apa ya ?, jika bikin soal tes saja kesulitan atau mungkin terlalu miskin inovasi atau bahkan tidak ada inovasi sama sekali !... lagi-lagi…. Piye iki ?
Oleh karena itu saudaraku sekalian… disini Saya mengajak berpikir kepada ANda semua jika Anda adalah seorang guru dan tenaga kependidikan yang peduli kepada pendidikan kita di negeri ini. Mari kita pikirkan hal-hal sebagai berikut ini :
1. Kalau tidak salah kita ini bagi yang PNS tentunya, digaji oleh rakyat selama kita menjadi guru dan mau berangkat ke sekolah entah mengajar atau tidak…..( maaf, bukan menyindir lagi )
2. Baik buruk kualitas pengajaran dan pembelajaran kita tidak berpengaruh terhadap gaji kita, artinya tidak ada pemotongan sama sekali jika kualitas proses kita jelek. Paling-paling hanya diingatkan saja.
3. Fenomena yang ada saat ini hampir setiap sekolah yang ada disekitar kita hanya memberikan kualitas layanan yang minimal saja dari target Standar Pelayanan Minimal yang ditargetkan dari DEPDIKNAS…. Ya pa tidak ???
4. Kenyataan yang kita saksikan saat ini …. Guru masih sulit untuk menjadi wakil sekolahnya menjadi peserta lomba guru berprestasi di wilayahnya masing-masing. KAlaupun mau ya masih banyak yang tidak sungguh-sungguh. Hal ini terbukti dari jumlah peserta Lomba Guru Berprestasi di kecamatan Juwana bulan lalu. Dari 49 sekolah setingkat SD , jumlah peserta tidak melebihi 30 orang ( satu orang persekolah ). Padahal kalau memberikan motivasi bagi siswanya untuk loma demikian dahsyatnya… Piyee iki ….!
5. Kenyataan pahit lagi saudara… Katanya kita ini adalah guru yang menjadi teladan siswa dari berbagai aspek. Namun kenyataannya cara berpakaian Bu Guru masih banyak yang mengedepankan ----maaf---- “keindahan” pemandangan dari pada untuk menampilkan cara berpakaian yang rapi dan sopan ( tertutup ).
6. Masih ada lagi yang perlu kita pikirkan saudara…. Ternyata setelah lama berkumpul dengan para kepala sekolah di lingkungan saya, banyak hal yang tidak pantas diucapkan oleh kepala sekolah. Lha kalau kepala sekolah kayak gini guru binaannya sepertia apa ??? … dan muridnya mau dijadikan apa…???
7. Dan selebihnya saya persilahkan saudara untuk mencariya sendiri
8. Mari kita renungkan hal-hal itu untuk kita carikan solusinya.
Terima kasih. Semoga tulisan ini dapat mengingatkan kita dan sekaligus membangunkan kita dari tidur nyenyak kita saat diluar sana murid-murid kita sedang menunggu teladan dan pelayanan yang baik dari kita sebagai guru mereka.