Rabu, 13 Mei 2009

Piyee Iki Pak dan Bu Guru....

Piyee Iki…………… Pak Guru dan Ibu Guru ??
Akhir-akhir ini Saya melihat banyak guru yang “terlalu banyak” melakukan kegiatan melelahkan dan sangat banyak menyita waktunya untuk memenuhi target-target “ ambisius “ baik pribadi maupun institusinya masing-masing, dan bahkan ada yang sampai mungkin “ hanya “ sekedar menyiapkan selembar Rencana Persiapan Pembelajaran ( RP / RPP ) untuk mengajar peserta didiknya esok hari saja terasa sangat sulit mencari waktunya.
Maklumlah bulan-bulan seperti ini merupakan puncak berbagai kegiatan di dunia sekolah kita, dan bahkan lomba-lomba guru maupun siswanya baik mulai dari tingkat Kecamatan, Kabupaten maupun persiapan untuk melaju ke Final di tingkat Propinsi. Begitulah kegiatan tahunan kami setiap tahun. Inilah salah satu “ keunggulan “ yang dimiliki oleh guru-guru kita, yaitu loyalitas yang sangat besar terhadap peringatan HARDIKNAS. Bisa jadi loyalitas yang satu ini mungkin jauh lebih besar dibandingkan dengan loyalitas mereka terhadap hari-hari nasional atau peringatan-peringatan yang lain, kecuali yang satu ini nich …….HARI LIBUR,… He…he…he, Saya bukan menyindir lho ya Pak dan Bu Guru !!! tetapi itulah kenyataan yang ada.. Benar pa Nggak ????...
Kalau Saya rasakan lebih mendalam lagi mungkin berbagai kegiatan ini merupakan pendukung dari proses pembelajaran yang kita lakukan di sekolah, misalnya sangat diperlukannya dokumen portofolio yang sangat terkenal saat ini. Bahkan mungkin juga hal ini – melalui berbagai macam lomba - justru untuk menunjukkan seberapa besar kompetensi dan jiwa positif sebagai guru yang benar-benar telah dikuasai, dan tentunya sedang atau akan diuji oleh para “ Juri “ yang juga berasal dari teman-teman guru sendiri.
Nah, begitu masuk pada masalah lomba guru ini, katakanlah Lomba Guru Teladan atau Guru Berprestasi, maka sudah sepantasnya kalau setiap kita – sebagai guru – pastilah tidak akan terlalu lama atau terlalu pusing untuk mempersiapkan diri menghadapi lomba tersebut. Ya … memang karena setiap hari kita melakasanakan aturan dan disiplin sebagai guru yang memang seharusnya dan sewajarnya menjadi contoh teladan bagi para peserta didiknya. Dan bahkan mungkin menjadi contoh nyata bagi para peserta didiknya untuk SEKEDAR menjadi contoh pribadi yang berprestasi. Contoh mudahnya mengapa harus sulit-sulit cari dan mengumpulkan dokumen-dokumen pembelajaran, sedangkan kita setiap hari membuat dan memgangnya….jika adaminsitrasi pembelajaran kita baik, administrasi dokumen portofolio juga rapi, administrasi sekolah beres… maka semua menjadi mudah dan tidak akan mengada-ada… ya tho pak dan bu guru ??
Tetapi kenyataannya setiap akan diadakan lomba guru teladan atau guru berprestasi , itupun setahun sekali.., guru / peserta yang ditunjuk untuk mewakili sebuah sekolah harus melakukan berbagai macam persiapan yang sangat mendadak dan terkesan sangat dipaksakan untuk memperoleh bekal “ DADAKAN “ penilaian portopolio. Lari kesana kemari untuk sekedar memperoleh lembar pengesahan sebagai Pembina lomba siswanya pada waktu yang telah lampau. Lebih tragisnya lagi beberapa guru dan kepala sekolah bahkan seorang kepala UPT Dinas Pendidikan Cabang ( Kecamatan ) memberikan legalisasi pernyataan manipulative bagi seorang guru yang akan mewakili institusinya, atau kecamatan tertentu sehingga memperoleh poin tinggi yang harapan akhirnya “ menjadi PEMENANG “ Lomba Guru Berprestasi di Kabupaten. Manipulasi yang pernah saya tahu adalah masa kerja, menjadi Pembina lomba bagi siswa.
Wah….wah….wah. demi melihat kejadian seperti ini Saya berkata pada diri sendiri…” Hebat benar mental GURU di negeri ini” … terserah kesan Anda !!!!. coba bayangkan saudara !!! demi memperoleh JUARA Lomba Guru Berprestasi Tingkat Kecamatan atau Kabupaten saja sudah melakukan praktik-praktik manipulasi data… terus bagaimana nasib peserta didiknya.
Tidak sampai disini saja saudara…. Bahkan salah seorang guru bilang sama saya… demikian “ wah aneh Pak ! benar-benar aneh. Lha wong lomba untuk berkompetisi kok ngerjain soal tesnya pada tirunan ( saling memberikan jawabannya )…. Piye iki ? “. Dan menariknya lagi soal tes guru berprestasi pada sebuah kecamatan selalu sama dari tahun – ke tahun. Ketika dikonfirmasi ke pembuat soalnya, dalam hal ini pengawas di UPT Kecamatan, beliau mengatakan “ Kalau Saya harus mengubah soal tiap tahun kan sulit “ . Wah Saudara… lha terus gajian mereka setiap bulan selama bertahun-tahun itu untuk apa ya ?, jika bikin soal tes saja kesulitan atau mungkin terlalu miskin inovasi atau bahkan tidak ada inovasi sama sekali !... lagi-lagi…. Piye iki ?
Oleh karena itu saudaraku sekalian… disini Saya mengajak berpikir kepada ANda semua jika Anda adalah seorang guru dan tenaga kependidikan yang peduli kepada pendidikan kita di negeri ini. Mari kita pikirkan hal-hal sebagai berikut ini :
1. Kalau tidak salah kita ini bagi yang PNS tentunya, digaji oleh rakyat selama kita menjadi guru dan mau berangkat ke sekolah entah mengajar atau tidak…..( maaf, bukan menyindir lagi )
2. Baik buruk kualitas pengajaran dan pembelajaran kita tidak berpengaruh terhadap gaji kita, artinya tidak ada pemotongan sama sekali jika kualitas proses kita jelek. Paling-paling hanya diingatkan saja.
3. Fenomena yang ada saat ini hampir setiap sekolah yang ada disekitar kita hanya memberikan kualitas layanan yang minimal saja dari target Standar Pelayanan Minimal yang ditargetkan dari DEPDIKNAS…. Ya pa tidak ???
4. Kenyataan yang kita saksikan saat ini …. Guru masih sulit untuk menjadi wakil sekolahnya menjadi peserta lomba guru berprestasi di wilayahnya masing-masing. KAlaupun mau ya masih banyak yang tidak sungguh-sungguh. Hal ini terbukti dari jumlah peserta Lomba Guru Berprestasi di kecamatan Juwana bulan lalu. Dari 49 sekolah setingkat SD , jumlah peserta tidak melebihi 30 orang ( satu orang persekolah ). Padahal kalau memberikan motivasi bagi siswanya untuk loma demikian dahsyatnya… Piyee iki ….!
5. Kenyataan pahit lagi saudara… Katanya kita ini adalah guru yang menjadi teladan siswa dari berbagai aspek. Namun kenyataannya cara berpakaian Bu Guru masih banyak yang mengedepankan ----maaf---- “keindahan” pemandangan dari pada untuk menampilkan cara berpakaian yang rapi dan sopan ( tertutup ).
6. Masih ada lagi yang perlu kita pikirkan saudara…. Ternyata setelah lama berkumpul dengan para kepala sekolah di lingkungan saya, banyak hal yang tidak pantas diucapkan oleh kepala sekolah. Lha kalau kepala sekolah kayak gini guru binaannya sepertia apa ??? … dan muridnya mau dijadikan apa…???
7. Dan selebihnya saya persilahkan saudara untuk mencariya sendiri
8. Mari kita renungkan hal-hal itu untuk kita carikan solusinya.
Terima kasih. Semoga tulisan ini dapat mengingatkan kita dan sekaligus membangunkan kita dari tidur nyenyak kita saat diluar sana murid-murid kita sedang menunggu teladan dan pelayanan yang baik dari kita sebagai guru mereka.

0 komentar: