Kamis, 14 Mei 2009

Konsep dan Resep Hebat dari KTSP

Melalui blog ini saya ingin berbagi dengan sesama guru dalam hal konsep pembelajaran yang prima cukup dengan memahami konsep dan resep yang ditawarkan dalam kurikulum KTSP. Sebagai seorang guru pastilah kita memahami bahwa kunci keberhasilan dan kesuksesan pembelajaran yang kita laksanakan tergantung pada proses yang diterapkan dan method yang di pakai. Berbagai macam model pembelajaran dan seabreg teori pembelajaran mungkin kita kenal. Namun demikian kualitas pembelajaran hampir di seluruh sekolah yang ada disekitar kita ya… begitu-begitu saja.
Sejak dari dulu kalau saya perhatikan - sampai sekarang ini masih ada yang demikian – metode belajar yang paling disukai guru adalah ceramah habis, siswanya memperhatikan dan kalau perlu siswa menulis sampai ngantuk-ngantuk mungkin saking asyiknya atau saking bosannya di dalam kelas. Nah sejak diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) dan KBK yang pernah diterapkan sebelumnya, sedikit banyak telah mempengaruhi pola dan kualitas mengajar para guru. Entah berapa prosentase perubahannya, bagi Saya kurang penting.
Yang penting adalah Guru sudah mau mengubah pola dan model pembelajarannya. Akan tetapi karena terbatasnya pengetahuan dan mungkin juga karena minimnya sarana dan prasarana serta fasilitasi yang mampu disediakan oleh sekolah ( baca: Pemerintah ; bagi yang sekolah negeri atau Yayasan dan Komite Sekolah bagi sekolah swasta), program bagus yang melekat pada KTSP dan KBK inipun juga kurang efektif. Bahkan pada beberapa sekolah atau mungkin bahkan pada daerah tertentu belum berdampak apapun terhadap proses pembelajaran. Singkatnya Saya akan menampilkan contoh mudah. Sebagai berikut :
1. Banyak sekolah yang belum melaksanakan bedah kurikulum untuk dapat menentukan indicator pembelajaran, padahal ini syarat mutlak supaya KTSP dapat berjalan pada sebuah satuan pendidikan ( Sekolah ). Apabila hal ini belum berjalan maka diperlukan pendampingan melekat dari UPT Dinas Pendidikan baik Kabupaten / Kota maupun Kecamatan untuk mengawal suksesnya proses ini. Contoh pendampingan yang Saya dapat sebutkan adalah : Di beberapa kecamatan di Kota Pati mengkoordinir penyusunan Silabus bersama untuk sekolah-sekolah di bawah binaan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan dengan cara menunjuk perwakilan dari sekolah untuk mengirimkan utusan guru yang berkompeten untuk menyusun silabus secara bersama-sama . Dengan demikian diharapkan dapat mempercepat proses pemahaman konsep tentang KTSP pada setiap sekolah. Ini dapat berhasil dengan baik apabila setelah itu ditindak lanjuti oleh sekolah segera mengadakan bedah kurikulum dalam rangka menentukan indicator pembelajaran untuk sekolah masing-masing. TETAPI kenyataannya sekolah duduk manis menunggu silabus dan Analisis Indikator dari hasil kerja bersama tersebut.
2. Masih banyak guru yang enggan membuat RPP sebelum mengajar, bahkan ada oknum guru yang sama sekali tidak pernah membuat RPP selama dalam mengajarnya. Saya berkeyakinan RPP adalah awal dari kesuksesan sebuah pembelajaran. Bagaimana pembelajaran dapat berhasil tanpa didahului dengan perencanaan yang matang. Dalam kasus seperti ini peran Kepala Sekolah kapasitasnya sebagai penyelia sangat menentukan terselesaikannya masalah ini apa tidak.
3. Masih banyak guru yang lesulitan menangkap filosofi pembelajaran yang tersirat dalam KTSP sehingga proses pembelajaran yang diterapkan masih sangat monoton alias sangat tidak inovatif.
Demikian beberapa kelemahan dan contoh yang sering Saya saksikan disekitar pelaksanaan pembelajaran di sekolah sekolah kita. Oleh karena itu dibawah ini Saya mencoba berbagi pengalaman kepada para pembaca yang budiman sehingga sebagai guru kita dapat menangkap nilai-nilai filosofi dan konsep serta resep pembelajaran yang termuat dalam kemasan KTSP yang sudah kurang lebih dua tau tiga tahun kita laksanakan secara nasional. Setelah membaca kebijakan KTSP yang tertuang dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Saya dapat menangkap hal-hal sebagai berikut :
a. Sekolah diberikan kebebasan dalam menentukan peta / arah kebijakan kurikulum local ( dalam hal ini adalah indicator pembelajaran ) yang akan diterapkan di sekolah dengan spesifikasinya atau kekhasan masing-masing, dan Depdiknas hanya memberikan rambu-rambu standar global sampai pada Kompetensi Dasar saja.
b. Dengan dipersilakannya sekolah untuk menentukan dan merumuskan Indikator Pembelajarannya secara mandiri, mengandung makna perluasan akses peran pengambilan keputusan kepada setiap guru – paling tidak untuk satuan pendidikan atau sekolah – untuk dapat mewujudkan kualitas pendidikan bangsa kita berbasis pada keunggulan local.
c. Dengan menyusun Analisis Indikator Pembelajaran secara mandiri kita diberikan kebebasan dalam mengapresiasi kurikulum nasional sehingga dapat menerapkan kebijakan kurikulum secara strategis sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat kita.
d. Dengan RPP setiap guru dipersilakan untuk selalu meng-up date- kemampuannya dalam merencanakan suatu kegiatan pembelajaran. Inilah tindakan atau langkah awal dalam prinsip menajemen untuk mengawali sebuah kesuksesan. Jika setiap guru memenuhi tuntutan ini maka keberhasilan dan kesuksesan pembelajaran paling tidak 50% sudah berada dalam genggaman.
e. Dengan menyusun RPP guru diberikan kebebasan untuk menentukan kreasi model pembelajaran yang akan diterapkan dengan pendekatan latar budaya peserta didiknya, sehingga materi pembelajaran dapat lebih banyak diserap dan memperlancar proses penguasaan materi oleh anak tanpa mengesankan keterpaksaan.
f. Dengan menganalisis dan mengembangkan silabus pembelajaran mendorong peningkatan kapasitas kemampuan wawasan kependidikan kita sehingga mampu menguasai konsep pembelajaran berdasarkan kurikulum sendiri dengan legalitas hukum yang kuat dari negara.
g. Percepatan kemandirian dalam pengembangan metodologi pembelajaran yang sesuai dengan karakter peserta didik dan daerah. Dalam hal ini kita dituntut untuk kreatif dalam mengemas pembelajaran yang dinamis dan mengesankan sesuai dengan tingkat kebutuhan peserta didik kita.
h. Mendorong tercapainya kualitas SDM para guru yang handal, melalui pelibatan langsung dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasinya sendiri.
Jika hal – hal yang Saya sebutkan tersebut dapat kita tangkap sejak dini dan secara utuh maka hasilnya pasti luar biasa. Hanya yang menjadi kendala adalah justru hal-hal yang baik ini seringnya ditangkap sebagai beban berat guru dalam menjalankan tugasnya. Nah… jika ada anggapan sebagaimana Saya sebutkan itu … siapa yang bertanggung jawab ? Ini salah siapa ? …… Jawabnya ada dalam hati nurani kita masing-masing.
Bagaimana Saudaraku… apakah anda setuju atau punya ide lain ? buat saya tidak penting … silakan mengapresiasi sekemampuan Anda, yang penting kita harus mengubah pembelajaran kita menjadi lebih baik lagi. Terima kasih atas kebersamaannya. Salam sukses dari Saya M. Abbas Fauzan. Berikan komentar, kritik saran Anda melalui blog ini atau kirim lewat e-mail kami mafarham@yahoo.co.id atau sditumar@gmail.com setiap saat. Saran dan masukan Anda pasti Saya pertimbangkan maslahat dan madharatnya.

0 komentar: